STRATEGI MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN SAINS
ANAK USIA DINI
Ilmu di
prasekolah dan kindergarten adalah berbuat dan berpikir, dan membuat keduanya
bersatu. Di TK, adalah suatu peristiwa setiap hari. Strategi mendasar yang
harus dilakukan seorang guru adalah merencanakan untuk memampukan anak-anak
memperoleh keterampilan penelitian ilmiah maupun konsep-konsep ilmiah dari
ilmu-ilmu biologi, fisika dan ilmu bumi. The National Science Education
Standards dan The National Council for Social Studies keduanya menganjurkan
bahwa keterampilan penelitian ilmiah dikembangkan selama tahun-tahun awal
kehidupan. Oleh karena itu, TK merupakan tempat-tempat dimana anak-anak
didorong dan diajarkan bagaimana mengajukan pertanyaan, merencana dan melakukan
penyelidikan, dan mengorganisasikan pikiran dan penemuan mereka, merefleksikan
dan membuat generalisasi, dan penyampaian ide-ide mereka kepada orang lain.
Selain itu,
strategi-strategi dalam mengoptimalkan perkembangan pembelajaran anak usia dini
adalah :
1.
Pengembangan
sudut (area) Sains secara terintegrasi (menyatu)
Untuk mengatasi
keterbatasan sarana, termasuk keterbatasan ruang yang akan digunakan dalam
pembelajaran sains, maka disarankan kepada sekolah-sekolah yang memang terbatas
sarananya, agar memodifikasi atau mengemas sudut (area) pembelajaran sains
secara terintegrasi. Maksudnya adalah jika ruangan terbatas, maka sudut yang
dibuat cukup satu saja, yaitu sudut IPA, tidak perlu dipisahkan menjadi sudut
biologi, sudut fisika, dan sebagainya. Dengan demikian dari sisi pemanfaatan
ruang akan menjadi efisien. Dalam penyajiannya dapat ditampilkan secara
keseluruhan materi terkait sains, ataupun secara bergiliran. Secara bergiliran
maksudnya mungkin satu atau dua minggu tersebut diisi dengan bidang penyajian
bidang biologi, beberapa minggu kemudian diisi dengan penyajian bidang sains
fisika, dan seterusnya. Dalam merotasi sudut (area) belajar sains, dapat
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya : minat, motivasi anak, kebutuhan
anak, ketersedian sarana penunjang, dan sebagainya.
2.
Pembuatan
kebun sekolah
Dengan penyedian
kebun disekolah, maka memperkenalkan sains kepada mereka tidak perlu jauh-jauh,
disamping itu pembelajaran sains akan menjadi lebih nyata dan efisien, karena
jarak antara sekolah dan kebun relative dekat. Pembelajaran sains selain dapat
ditempuh secara langsung, juga anak dapat diperkenalkan dengan
kegiatan-kegiatan praktis (praktek) yang lebih bermakna, seperti cara-cara
bercocok tanam, membuat lahan untuk tanaman, mengenal pemupukan, bahkan sampai
bagaimana memanen hasil dan sebagainya. Dengan melibatkan anak belajar dan
bekerja melalui kebun sekolah, melatih mereka menyenangi pekerjaan dan
menanamkan berdisiplin, misalkan dengan dibiasakan menyiram tanaman. Dari sisi
guru, ketersedian kebun sekolah merupakan medium yang efektif bagi demonstrasi
berbagai konsep dan kajian sains yang seharusnya dikuasai oleh anak, dengan
kata lain kebun sekolah merupakan laboratorium alamiah. Selain itu keberadaan
kebun sekolah lebih segar dan asri lingkungannya.
3.
Pemanfaatan
sumber belajar yang tersedia dan terjangkau
Segala sesuatu
berdasarkan tinjauan sains yang sesungguhnya merupakan bagian yang dapat
diangkat menjadi sumber belajar sains. Bumbu dapur, kerikil, rumput-rumputan,
daun-daunan, tanah, air di sekitar sekolah dan rumah merupakan hal mendasar
yang merupakan bagian dari pembelajaran sains yang dapat bahkan harus
diperkenalkan kepada anak. Hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip dalam
pemilihan mater, bahwa materi sains terbaik hendaklah dipilih mulai yang paling
dekat dengan anak menuju yang jauh, dari yang merupakan bagian kehidupan anak
hingga yanh jauh kehidupannya, dari yang dikenali menuju yang belum dikenali.
Jadi apa
dikatakan sesungguhnya lingkungan anak merupkan laboratorium alamiah sains yang
dapat menggiring anak kearah pengenalan sains yang menyeluruh dan utuh.
4.
Peningkatan kemampuan dan kreativitas guru
sains
Bekal kemampuan
dan kreativitas yang tinggi akan mampu memfasilitasi dan menemukan cara-cara
yang produktif dalam mendongkrak pengenalan dan penguasaan sains pada anak usia
dini. Kemampuan kreatif akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi
pembelajaran sains, misalkan dapat memanfaatkan barang-barang bekas untuk
dimanfaatkan dalam kegiatan sains bersama anak. Untuk itu kata kunci agar
optimalisai pembelajara sains pada anak usia dini dapat dicapai, maka secara
simultan dan konsisten dari waktu ke waktu guru hendaklah senantiasa
meningkatkan kemampuannya dalam membelajarkan sains pada anak-anak sehingga
ditemukan cara-cara yang paling efektif dalam mewujudkan segala tujuan dari
pembelajaran sains yang diharapkan.
5.
Peningkatan
kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan anak
Terdapat tiga
bentuk yang terkait dengan komunikasi sains kepada anak-anak, yaitu kemampuan
kemampuan guru dalam menyederhanakan konsep sains, kemampuan dalam mendekatkan
anak pada sains, serta kemampuan guru dalam memahami ungkapan (ekspresi) sains
yang ditampilkan anak.
Terkait dengan
kemampuan guru dalam menyederhanakan konsep sains, maksudnya adalah guru
selayaknya mampu mengemas pesan-pesan sains secara sederhana kepada anak.
Sederhananya kemasan pesan akan memudahkan anak dalam menguasai sains.
Kemampuan dalam
memdekatkan anak pada sains, maksudnya adalah kemampuan guru dalam mencari cara
atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Kemampuan berikutnya
adalah dala memahami ungkapan (ekspresi) sains yang ditampilkan anak. Ingatlah
bahwa kemampuan anak dalam mengungkapkan isi pikiran dan gagasannya masih
terbatas, baik dalampengertian komunikasi lisan, maupun dengan komunikas bahasa
tubuhnya. Dengan demikian komunikasi akan efektif jika guru mampu menangkap
pesan anak secar baik, karena terkadang bahasa anak masih bersifat multifrase
(menimbulkan banyak arti).
Kesimpulannya
guru yang harus pandai menangkap pesan-pesan dari anak, bukan sebaliknya, tetapi
justru ketika anak tidak mampu menangkap pesan guru bergegaslah guru mencari
cara-cara lain untuk memperjelas apa-apa yang ingin dikoomunikasikannya.
6.
Membangun
hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat sekitar
Berbagai
keterbatasan yang dihadapi sekolah sesungguhnya dapat dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang dianggap potensial membantu, salah satunya adalah orang tua.
Kelemahan biasanya terjadi dari kurang mampunya pihak sekoalh dalam mengambih
hati para orang tua untuk berbuat lebih dalam membatu sekolah. Jika sekolah
secara nyata memang dihadapkan pada berbagai keterbatan, sebaiknya pihak
pertama yang dikontak adalah orang tua.
Rancanglah
bagaimana mendekati mereka, sampaikanlah program sekolah secara terbuka dan
tawarkanlah kepada mereka tentang peran yang dapat diambil. Dengan kejujuran
dan keterbukaan, maka uluran tangan orang tua juga akan semakin terbuka.
Beberapa pendekatan dalam mengoptimalisasikan pembelajaran
sains AUD
1.
Pendekatan
pedosentris : kegiatan pembelajaran yang
bertumpu pada kemampuan anak sebagai individu yang belajar.
2.
Pendekatan
child centered : pusat kegiatan pembelajaran berpusat pada aktivitas anak.
3.
Pendekatan
expository : aktivitas pembelajaran sebagai kegiatan guru dalam menyampaikan
pengetahuan, keterampilan dan nilai.
4.
Pendekatan
proses : kegiatan pembelajaran lebih mengedepankan proses ,proses pemerolehan
berbagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai,dari pada hasil. Dan
pendekatan hasil : lebih mementingkan hasil belajar dari pada proses atau
kegiatan pembelajaran.
5.
Pendekatan
konkret : kegiatan dirancang sedemikian rupa, sehingga menjadi sesuatu yang
konkret bagi anak, terutama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
6.
Pendekatan
tematik : pembelajaran dilakukan dengan berbagai konteks dalam kehidupan anak sehari-hari.
Catatan: Di
presentasekan pada Mata Kuliah Neuro Sains PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Ali (2008), Pengembangan
Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini,Bandung
Musbikin, Imam
(2010), Buku Pintar PAUD, Jakarta Selatan : Laksana
Seefeldt, Carol
(2008), Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar